Bersama Bergerak Berdaya untuk Mewujudkan Bumi Berdaya dan Pulih Lebih Kuat

Bumi sebagai ruang kehidupan bagi manusia semakin menunjukkan kekhwatiran. Pasalnya, kondisi bumi tempat kita bertumbuh, planet satu-satunya yang hingga saat ini layak dihuni untuk tempat makhluk hidup terbilang cukup memprihatinkan. Bumi mulai mengalami proses penurunan kualitasnya. Apakah bumi yang selama ini kita tempati bisa menjadi tempat yang aman dan layak bagi masa mendatang?.  Proses panjang sudah terjadi di bumi kita ini. Entah itu proses alamiah ataupun terbentuk karena ulah manusia yang selalu menggerogoti bumi selama 4,543 miliar tahun. Pertiwa alam ataupun aktivitas manusia ini diyakini berkontribusi terhadap peningkatan suhu rata-rata global. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca seperti gas karbondioksida (CO2). Namun, masih banyak dari kita yang belum tau istilah rumah kaca atau fenomena efek rumah kaca yang sering menjadi perhatian influencer lingkungan dan seharusnya juga perhatian kita bersama.

MENGENAL APA ITU GAS RUMAH KACA?

Pada kenyatannya energi dari matahari menggerakkan cuaca dan iklim di bumi sehingga bisa memanaskan permukaan bumi. Pada gilirannya, bumi memancarkan energi kembali ke angkasa. Beberapa gas atmosfer (uap air, karbon dioksida, dan gas lainnya) menjebak sebagian energi yang keluar, menahan panas seperti panel kaca rumah kaca. Oleh karena itu, gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Oleh karenanya ada fenomena yang terjadi yakni efek rumah kaca. Efek rumah kaca itu sendiri ialah kenaikan suhu di bumi karena gas-gas tertentu di atmosfer memerangkap energi. Akibatnya suhu-suhu di bumi menjadi tidak seimbang, seperti panas yang melampui hingga menjadi tak layk huni bagi makhluk hidup.

Lalu, timbul pertanyaan, Gas rumah kaca itu kan proses alam yang memang seharusnya terjadi, tanpa diada-adakan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Lantas, apakah kita berdiam diri dan menghiraukannya begitu saja hingga bumi yang seharusnya ruang bagi kehidupan malah menjadi tempat yang tidak layak huni bagi makhluk hidup? Ke planet mana lagi kita harus pindah jika bumi tak layak untuk menopang kehidupan di masa mendatang?

Gas rumah kaca memang proses alami atau terjadi secara alamiah. Pada dasarnya gas rumah kaca ini mendukung pada proses kehidupan di muka bumi karena tanpa gas rumah kaca ini panas akan kembali ke angkasa dan suhu rata-rata bymi akan jauh lebih dingin dan dipastikan banyak dari aktivitas manusia yang menjadi terganggu karenanya. Namun, yang menjadi kekhawatiran kita bersama ialah ketika efek rumah kaca menjadi lebih kuat, otomatis lebih banyak panas yang terperangkap dari pada yang dibutuhkan bumi. Dilansir dari globalissues (2015) salah satu gas rumah kaca yang signifikan ialah CO2, meskipun bukan sebagai gas rumah kaca yang paling kuat.

2022 MENJADI REKOR TERTINGGI EMISI KARBON DIOKSIDA

Kenyataan mengkhawatirkan datang dari setahun silam, yakni pada tahun 2022 menjadi rekor tertinggi emisi karbon dioksida yang menyebabkan roduksi energi tumbuh 0,9 persen mencapai 36,8 gigaton pada 2022 (Kompas.com). Menurut penelitian Sunindaa (2022 aktivitas individu utama yang menghasilkan emisi karbon seperi kegiatan transportasi, penggunaan energi listrik, konsumsi makanan, pemakaian kertas/alat tulis, produksi sampah, hiburan dan lain sebagainya. Dengan demikian banyak aktivitas yang tanpa kita sadari dapat menghasilkan emisi karbon yang pada akhirnya berdampak pada penumpukan gas rumah kaca yang ujungnya akan menyebabkan perubahan iklim.

INDONESIA PERINGKAT KEDUA SEBAGAI PENGHASIL SAMPAH TERPARAH DI DUNIA

 Sampah Plastik Indonesia Peringkat 2 Terparah di Dunia - Komsoskam

Sumber: Komsoskam.com

Sampah yang berasal dari aktivitas penduduk di perkotaan sangat besar jumlahnya dan diduga berpotensi sebagai sumber gas metana. Gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming) yang ujungnya berperngaruh pada perubahan iklim. Gas metana yang dihasilkan dari sampah berasal dari sampah yang terkubur di tempat pembuangan sampah dan pembakaran sampah. Saat kita membuang makanan dan sampah taman ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, terbentuklah gas metana.Pembakaran sampah juga dapat menghasilkan gas rumah kaca, seperti CO2, N2O, NOx, NH3, dan karbon organik. CO2 menjadi gas utama yang dihasilkan oleh pembakaran sampah dan dihasilkan cukup lebih tinggi dibandingkan emisi gas lainnya (Fkm.ui.ac.id).

Betapa mengerikannya dampak dari sampah plastik yang juga tanpa kita sadari turut sebagai penyumbang gas rumah kaca. Oleh karenanya, sampah plastik juga menjadi isu pembicaraan yang penting akhir-akhir ini. Pasalnya di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah (ISWA.or.id). Dengan demikian, hal ini juga berdampak pada gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

DAMPAK EMISI GAS RUMAH KACA

Emisi karbon dan gas lainnya sedang mencapai di titik tertinggi penyumbang gas rumah kaca. Tentu hal ini juga berdampak pada kehidupan makhluk hidup di bumi baik itu bagi lingkungan, kesehatan maupun ekonomi.

Bagi Lingkungan

Bagi lingkungan, emisi gas rumah kaca menjadi penyebab pemanasan global (global warming) yang memicu perubahan iklim. Konsekuensinya adalah menimbulkan anomali cuaca/cuaca ekstrem, meningkatnya suhu bumi, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan hujan lebat. Hal ini sudah mulai dirasakan bahwa ada beberapa negara yang merasakan cuaca ekstrem, seperti suhu panas yang melampui dari biasanya.

Bagi Kesehatan

Bagi kesehatan, perubahan iklim memicu munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bakteri, virus, dan parasit. Sebab, mikroorganisme tersebut tumbuh subur akibat meningkatnya suhu bumi. Selain itu, polusi udara dan cuaca ekstrem, seperti kemarau panjang, hujan kencang, atau gelombang panas juga berdampak pada kesehatan manusia.

Bagi Ekonomi

Bagi perekomonian, cuaca yang tidak menentu juga berdampak apda kegiatan ekonomi masyarakat seperti pertanian, pariwisata, hingga kelautan. Cuaca ekstrem juga memengaruhi kerusakan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, hingga tiang listrik. Pemanasan global yang memicu berbagai bencana secara tidak langsung juga berdampak terhadap ekonomi.

APA YANG SEHARUSNYA KITA LAKUKAN?

Secara umum, penyumbang gas rumah kaca juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang sudah dijelaskan di atas. Oleh karenanya untuk menghindari sumbangan gas rumah kaca yang terlalu banyak, kita bisa mengefisienkan aktivitas yang menghasilkan gas-gas rumah kaca. Berikut ini beberapa tindakan nyata yang bisa dilakukan untuk mewujudkan bumi berdaya dan pulih lebih kuat dengan tetap menjadikan bumi sebagai tempat yang layak bagi masa mendatang.

1. Penanaman pohon sebagai upaya menyerap dan menyimpan karbon secara alami.

2. Pengunaan perlengkapan rumah tangga yang ramah lingkungan sebagai bentuk efisien energi di rumah

3. Efisien dalam menggunakan transportasi dengan menggunakan transportasi umum, bersepeda atau berjalan kaki.

4. Efisien dalam menggunakan kertas

5. Efisien terhadap penggunaan listrik

6. Bijak terhadap sampah dengan metode reduce, reuse dan recyle.

7. Ikut berkontribusi dalam mengedukasi pentingnya menjaga alam dan lingkungan dengan menjadi bagian #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku

Sebagai bentuk kepedulian terhadap bumi tidak perlu dari hal-hal yang besar. Cukup dari hal kecil namun berdampak besar sudah memperlihatkan bagaimana kepedulian kita terhadap bumi tercinta. Yuk sama-sama kita jaga bumi kita!! ini #BersamaBergerakBerdaya versi aku “Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

Referensi:

Fkm.ui.ac.id. (2020). Sampah dan Hubungannya terhadap Emisi Gas Rumah Kaca.URL: https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/  

Shah, A. (2015). Climate Change and Globar Warming Introduction. URL: https://www.globalissues.org/article/233/climate-change-and-global-warming-introduction

Sudinda, T. W. (2022). Analysis Of Achievements Of Net Zero Carbon Emissions As Indonesia'S Reference In Fulfillment Of Climate Change Mitigation Commitments. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, 16(2), 71-89.

ISWA.or.id. Fenomena Sampah Plastik di Indonesia. URL: https://inswa.or.id/fenomena-sampah-plastik-di-indonesia/ 

Kompas.Com. (2023). Emisi Karbon Dioksida Mencapai Rekor Tertinggi pada 2020. URL: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/02/emisi-karbon-dioksida-mencapai-rekor-tertinggi-pada-2022 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasabah Bijak: Sebuah Keharusan untuk Melindungi dari Penipuan

Si Paling Mobilitas dengan Laptop Canggih ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402)